jelajahtechno.com — Dalam dunia media sosial yang serba cepat dan penuh kompetisi, perhatian pengguna menjadi barang langka. Salah satu cara paling efektif untuk menarik perhatian dan membangun kedekatan dengan audiens adalah lewat humor. Ya, tawa bisa menjadi jembatan emosional yang kuat antara brand dan pengikutnya. Tapi bagaimana cara membuat postingan lucu yang tetap profesional dan tidak menyinggung?
Artikel ini akan membahas strategi humor dalam copywriting, mengapa humor penting untuk brand, dan bagaimana kamu bisa menciptakan postingan lucu yang relevan dengan target audiensmu.
Mengapa Humor Penting dalam Strategi Copywriting
Menurut survei global, lebih dari 60% pengguna media sosial mencari konten yang bisa membuat mereka tertawa. Artinya, konten lucu bukan hanya hiburan, tapi juga alat marketing efektif untuk meningkatkan engagement dan awareness.
Humor membuat brand terasa lebih manusiawi. Orang tidak suka berinteraksi dengan perusahaan yang kaku dan formal di media sosial. Sebaliknya, mereka lebih tertarik dengan brand yang bisa bercanda, santai, dan relatable.
Selain itu, konten lucu cenderung lebih mudah dibagikan (shareable). Sekali orang tertawa karena postinganmu, kemungkinan besar mereka akan menandai teman atau membagikannya ke story mereka. Itu berarti eksposur organik gratis untuk brand kamu.
Baca juga : 10+ Formula Copywriting Terbukti untuk Media Sosial
1. Kenali Audiensmu dengan Baik
Humor bersifat subjektif. Hal yang dianggap lucu oleh satu kelompok, belum tentu lucu bagi yang lain. Karena itu, langkah pertama dalam menciptakan konten lucu adalah memahami selera humor audiens.
Misalnya, jika target audiensmu adalah mahasiswa, kamu bisa menggunakan gaya humor ringan, relatable, dan sedikit sarkastik tentang kehidupan kampus. Tapi jika targetmu profesional muda, gunakan humor yang lebih cerdas dan situasional, seperti humor kantor atau kehidupan kerja.
Cobalah A/B testing dengan beberapa gaya humor. Lihat mana yang paling banyak mendapat respon positif (like, share, komentar). Dari situ kamu bisa menemukan tone yang paling sesuai.
2. Hindari Humor yang Menyinggung
Salah satu kesalahan terbesar dalam humor marketing adalah menggunakan lelucon yang bisa dianggap menyerang kelompok tertentu—baik itu soal ras, agama, gender, atau latar sosial.
Brand besar seperti Monterey Bay Aquarium pernah mendapat kritik keras karena menggunakan gaya bahasa yang dianggap meniru dialek ras tertentu. Pelajaran dari kasus ini adalah: selalu jaga sensitivitas sosial dan budaya.
Gunakan humor yang universal dan tetap sopan. Lebih baik fokus pada hal-hal lucu dari pengalaman sehari-hari daripada bercanda soal hal sensitif.
3. Gunakan Self-Humor (Bercanda Tentang Diri Sendiri)
Kalau kamu takut menyinggung orang lain, bercandalah tentang dirimu sendiri atau brand-mu. Self-deprecating humor justru bisa membuat brand terlihat lebih rendah hati dan autentik.
Contohnya, ketika KFC Inggris sempat kehabisan ayam, mereka menulis iklan dengan tulisan besar “FCK” di kotak bekas ayam—sebuah plesetan dari nama mereka sendiri. Hasilnya? Publik justru memuji kejujuran dan kreativitas mereka.
Jadi, jangan takut untuk mengakui kesalahan dengan cara lucu. Itu akan membuat audiens lebih simpatik dan percaya.
4. Gunakan Humor Observasional
Humor jenis ini muncul dari situasi sehari-hari yang biasa tapi dilihat dari sudut pandang berbeda. Komedian seperti Jerry Seinfeld terkenal menggunakan gaya ini.
Dalam konteks media sosial, kamu bisa menulis hal-hal seperti:
“Kenapa sih WiFi cuma lemot saat deadline?” atau
“Postingan yang niat malah sepi, yang asal malah viral. Algoritma kok begini 😅.”
[…] Panduan Copywriting Lucu: Bangun Brand yang Disukai Audiens […]