jelajahtechno.com — Harga minyak mentah global kembali melemah tajam pada perdagangan Selasa (14/10/2025) waktu New York. Kedua acuan utama minyak dunia—Brent dan West Texas Intermediate (WTI)—terperosok ke level terendah dalam lima bulan terakhir, menandakan meningkatnya tekanan dari sisi fundamental dan geopolitik.
Mengutip Reuters, harga minyak Brent turun US$ 0,93 (1,5%) ke posisi US$ 62,39 per barel, sedangkan WTI anjlok US$ 0,79 (1,3%) ke US$ 58,70 per barel. Ini merupakan penutupan terlemah sejak Mei 2025, sekaligus memperpanjang tren penurunan selama tiga minggu berturut-turut.
Sebelumnya, pada sesi Senin (13/10/2025), harga minyak sempat menguat tipis, masing-masing naik 0,9% (Brent) dan 1% (WTI). Namun, laporan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA) membalikkan optimisme pasar dengan prediksi surplus pasokan besar di tahun depan.
Laporan IEA: Pasokan Minyak Bisa Lebih Banyak 4 Juta Barel per Hari di 2026
Faktor utama di balik anjloknya harga minyak adalah laporan terbaru IEA yang memperingatkan potensi kelebihan pasokan global (supply glut) pada tahun 2026. Lembaga ini memperkirakan surplus minyak dunia bisa mencapai 4 juta barel per hari, disebabkan oleh peningkatan produksi dari anggota OPEC+ serta lemahnya permintaan global.
Menurut IEA, meskipun beberapa negara penghasil minyak berusaha memangkas produksi, kenaikan pasokan dari produsen non-OPEC seperti Amerika Serikat, Brasil, dan Kanada akan menciptakan ketidakseimbangan baru di pasar.
Laporan tersebut juga menyoroti melambatnya permintaan energi di China dan Eropa, dua kawasan yang biasanya menjadi motor konsumsi minyak dunia. Hal ini memperkuat kekhawatiran investor bahwa tren bearish pada harga minyak bisa bertahan hingga kuartal pertama 2026.
Baca juga : IHSG Anjlok, Saham BBCA Cs Tertekan, Emas Antam Cetak Rekor Baru
Respons OPEC+: Optimistis Pasar Akan Pulih di 2026

Berbeda dengan pandangan IEA yang cenderung pesimistis, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya masih menyampaikan nada optimistis. Dalam laporan bulanannya pada Senin (13/10/2025), OPEC+ memperkirakan defisit pasokan akan mulai menyempit di 2026 seiring penyesuaian produksi bertahap yang sudah dijadwalkan.
Menurut OPEC+, pengurangan pasokan minyak dari Arab Saudi dan Rusia yang telah dilakukan sepanjang 2025 mulai menunjukkan efek positif terhadap stabilitas harga. Namun, lembaga itu juga mengakui adanya risiko tinggi akibat ketegangan geopolitik dan fluktuasi permintaan global yang sulit diprediksi.
Beberapa analis menilai, perbedaan pandangan antara OPEC dan IEA mencerminkan ketegangan naratif: satu pihak mencoba menjaga sentimen pasar tetap positif, sementara pihak lain mengingatkan potensi tekanan jangka menengah.
Pelaku Pasar: Harga Minyak Akan Kembali Stabil Setelah Tekanan Sementara
Meski harga minyak saat ini tertekan, sejumlah eksekutif perusahaan minyak besar dan rumah dagang global menilai penurunan ini hanya bersifat sementara. Mereka memperkirakan pasar minyak akan kembali ketat pada paruh kedua 2026, setelah periode kelebihan pasokan mereda.
[…] Minyak Dunia Melemah, Trump–Xi Akan Bertemu Bahas Ketegangan Dagang […]