—
jelajahtechno.com — Sumitronomics adalah sebuah istilah yang belakangan kembali mencuat setelah disebutkan oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-5 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2025-2026. Bagi sebagian masyarakat, istilah ini terdengar asing karena jarang digunakan dalam diskusi publik modern. Namun, konsep ini sebenarnya sudah lama lahir dari pemikiran seorang ekonom besar Indonesia, Prof. Sumitro Djojohadikusumo. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia ekonomi Indonesia dan bahkan dijuluki sebagai “Begawan Ekonomi”. Selain itu, beliau juga merupakan ayah dari Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai apa itu Sumitronomics, bagaimana latar belakang pemikiran ekonomi Prof. Sumitro, relevansinya dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini, serta bagaimana konsep ini dapat dijadikan rujukan dalam perumusan kebijakan masa depan.
Apa Itu Sumitronomics?
Secara sederhana, istilah Sumitronomics berasal dari gabungan nama “Sumitro” dan kata “Economics”. Istilah ini merujuk pada kerangka berpikir dan gagasan ekonomi yang dikembangkan Prof. Sumitro pada era 1950-an hingga 1960-an. Pada masa itu, Indonesia masih dalam fase awal pembangunan setelah meraih kemerdekaan. Tantangan ekonomi begitu besar, mulai dari inflasi tinggi, keterbatasan sumber daya, hingga ketergantungan pada bantuan luar negeri.
Prof. Sumitro berusaha menyusun kerangka pemikiran ekonomi yang membumi, relevan dengan kondisi sosial politik saat itu, dan bisa menjadi arah pembangunan nasional. Tidak mengherankan jika gagasan beliau kemudian populer pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Meski seiring waktu istilah ini sempat jarang dibicarakan, kini Sumitronomics kembali relevan karena tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.
Latar Belakang Pemikiran Ekonomi Prof. Sumitro
Prof. Sumitro Djojohadikusumo memiliki latar belakang akademik yang kuat. Ia menempuh pendidikan ekonomi di luar negeri dan menyerap berbagai teori ekonomi dari tokoh dunia. Namun, keunggulannya terletak pada kemampuannya menyesuaikan teori dengan kondisi Indonesia yang baru merdeka. Menurut beliau, teori ekonomi Barat tidak bisa diterapkan secara mentah di Indonesia karena berbeda konteks sosial, politik, dan budaya.
Ada beberapa poin penting yang menjadi pilar pemikiran Sumitronomics:
Pembangunan Industri Nasional
Bagi Prof. Sumitro, pembangunan industri merupakan fondasi kemandirian ekonomi. Ia mendorong agar Indonesia tidak sekadar menjadi negara agraris atau pengekspor bahan mentah, tetapi juga mampu mengolah sendiri sumber daya yang dimiliki. Dengan industrialisasi, Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan nilai tambah produk, dan memperkuat daya saing di pasar internasional.
Kemandirian Ekonomi
Konsep kemandirian menjadi salah satu pilar utama Sumitronomics. Prof. Sumitro menekankan bahwa Indonesia tidak boleh bergantung sepenuhnya pada bantuan luar negeri atau utang asing. Menurutnya, ketergantungan semacam itu hanya akan melemahkan posisi Indonesia di kancah global. Oleh karena itu, ia mendorong penguatan ekonomi domestik dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan manusia yang dimiliki bangsa sendiri.
Kebijakan Fiskal dan Moneter yang Realistis
Dalam pandangan Prof. Sumitro, kebijakan fiskal dan moneter harus dijalankan secara realistis. Artinya, pemerintah harus mampu mengelola anggaran negara dengan bijak, menjaga kestabilan mata uang, serta mengendalikan inflasi. Ia percaya bahwa stabilitas makroekonomi adalah prasyarat utama bagi keberhasilan pembangunan jangka panjang.
Sumitronomics dalam Konteks Sejarah Indonesia
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, gagasan Sumitronomics berusaha memberikan arah dalam pembangunan ekonomi nasional. Indonesia menghadapi dilema besar, antara mengedepankan semangat nasionalisme ekonomi dengan kebutuhan praktis untuk mendapatkan bantuan luar negeri. Prof. Sumitro hadir dengan pemikiran yang mencoba menyeimbangkan keduanya.
Meski penerapan kebijakan ekonomi di era tersebut penuh dinamika dan tidak selalu konsisten, pemikiran Sumitronomics tetap memberi warna tersendiri. Bahkan setelah era Soekarno berakhir, gagasan Prof. Sumitro tetap menjadi bahan rujukan bagi para ekonom maupun pembuat kebijakan di Indonesia.
Relevansi Sumitronomics Saat Ini
Mengapa Sumitronomics kembali dibicarakan pada era modern? Ada beberapa alasan mengapa konsep ini masih relevan hingga sekarang.
Tantangan Global
Saat ini, Indonesia menghadapi tantangan global yang tidak kalah berat dibanding masa lalu. Inflasi yang meningkat, ketidakpastian geopolitik, krisis energi, hingga perubahan iklim menjadi faktor yang memengaruhi perekonomian nasional. Dalam situasi semacam ini, pemikiran Prof. Sumitro tentang kemandirian ekonomi dan industrialisasi tetap aktual untuk dijadikan acuan.
Kebutuhan Visi Ekonomi yang Membumi
Pemerintah membutuhkan kerangka pemikiran yang tidak hanya teoretis, tetapi juga praktis dan membumi. Sumitronomics menawarkan hal tersebut. Dengan pendekatan yang menekankan pada pemanfaatan potensi domestik, gagasan ini bisa menjadi panduan dalam merumuskan kebijakan yang lebih relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Inspirasi Pembangunan Jangka Panjang
Pemikiran Prof. Sumitro juga dapat dijadikan inspirasi dalam menyusun strategi pembangunan jangka panjang. Dalam konteks visi Indonesia Emas 2045, misalnya, gagasan tentang penguatan industri nasional dan kemandirian ekonomi sangat relevan untuk diwujudkan.
Kritik terhadap Sumitronomics
Seperti halnya teori atau pemikiran ekonomi lainnya, Sumitronomics juga tidak lepas dari kritik. Beberapa pihak menilai bahwa gagasan Prof. Sumitro pada masanya terlalu ambisius mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki Indonesia kala itu. Selain itu, industrialisasi yang ia usulkan membutuhkan modal besar dan teknologi tinggi, yang pada waktu itu sulit dipenuhi.
Namun, kritik semacam ini justru menunjukkan bahwa Sumitronomics adalah konsep yang visioner. Meskipun tidak seluruhnya dapat diwujudkan secara instan, gagasan tersebut tetap relevan sebagai cita-cita jangka panjang.
Implementasi Sumitronomics dalam Kebijakan Modern
Jika diterapkan pada era sekarang, Sumitronomics dapat diimplementasikan dalam beberapa bentuk kebijakan, antara lain:
- Penguatan industri manufaktur berbasis teknologi.
- Mendorong hilirisasi sumber daya alam.
- Mengurangi ketergantungan pada impor bahan pokok.
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan.
- Menjaga stabilitas fiskal agar pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.
Kebijakan semacam ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperkuat perekonomian nasional di tengah persaingan global.
Kesimpulan
Sumitronomics bukan sekadar istilah historis, tetapi warisan pemikiran ekonomi yang memiliki makna mendalam bagi Indonesia. Prof. Sumitro Djojohadikusumo berhasil merumuskan sebuah konsep yang menekankan pada kemandirian, pembangunan industri, serta kebijakan ekonomi yang realistis.
Di era modern, pemikiran ini kembali relevan karena Indonesia menghadapi tantangan global yang menuntut kemandirian dan daya saing yang lebih kuat. Dengan menjadikan Sumitronomics sebagai inspirasi, pemerintah dapat merumuskan strategi pembangunan jangka panjang yang lebih kokoh dan berkelanjutan.
[…] Mengenal Sumitronomics: Konsep Ekonomi ala Prof. Sumitro […]
[…] Mengenal Sumitronomics: Konsep Ekonomi ala Prof. Sumitro […]