Cara Meluruskannya
Selalu jelaskan timeline realistis sejak awal proyek. Jangan tergoda mempercepat hanya demi menyenangkan klien — karena revisinya nanti bisa lebih lama.
Kalau klien bilang “urgent”, pastikan dulu apa benar mendesak atau cuma panik sesaat.
3. Miskonsepsi: Copywriter Nggak Perlu Brief yang Detail
Beberapa klien berpikir,
“Kamu kan copywriter, harusnya bisa langsung ngerti dari sedikit penjelasan aja.”
SALAH BESAR.
Tanpa brief yang detail, copywriter bekerja seperti arsitek tanpa denah.
Kamu perlu tahu siapa target audiensnya, apa masalah utama mereka, keunggulan produk, dan karakter brand-nya.
Saya sendiri punya formulir brief sepanjang tiga halaman — hanya untuk pertanyaan!
Setelah diisi, biasanya masih ada sesi diskusi satu jam untuk menggali lebih dalam.
Cara Meluruskannya
Jelaskan ke klien bahwa brief yang lengkap = copy yang akurat dan kuat.
Kalau mereka tidak punya waktu untuk mengisi, itu pertanda buruk: mereka juga bisa jadi susah dihubungi saat revisi atau saat pembayaran nanti.
4. Miskonsepsi: Teks Pendek Lebih Cepat Ditulis daripada Teks Panjang
Logikanya memang begitu — tulisan pendek, waktu lebih singkat. Tapi dalam dunia copywriting…
SALAH TOTAL.
Bayangkan kamu sedang memahat marmer.
Baik patung besar maupun kecil, kamu mulai dari bongkahan yang sama besar.
Untuk patung kecil, kamu malah harus lebih teliti dan presisi.
Begitu juga dengan copywriting.
Semakin pendek pesannya, semakin sulit memilih kata yang tepat agar pesan tetap kuat.
Menulis headline lima kata bisa butuh waktu berjam-jam!
Cara Meluruskannya
Jelaskan pada klien bahwa menulis copy singkat lebih sulit daripada yang panjang.
Sampaikan bahwa setiap kata di teks pendek harus bekerja keras — karena ruang untuk salah sangat kecil.
[…] Fakta vs Mitos: 5 Hal tentang Copywriting yang Sering Disalahpahami […]