jelajahtechno.com — Apakah iklan yang dilebih-lebihkan masih efektif di era digital? Pelajari perbedaan antara hiperbola dan realisme dalam copywriting, plus cara menulis iklan yang jujur tapi tetap menjual.
Pertanyaan ini sering muncul di kalangan penulis dan pemasar:
“Seberapa banyak klaim yang boleh kita lebih-lebihkan agar menarik perhatian?”
Apakah hiperbola — alias gaya berlebihan — benar-benar efektif untuk menjual produk? Atau justru membuat orang tidak percaya pada brand kita?
Mari kita bahas.
Apa Itu Hiperbola dan Eksagerasi?
Eksagerasi adalah pernyataan yang menggambarkan sesuatu seolah lebih baik atau lebih buruk dari kenyataannya.
Hiperbola, di sisi lain, adalah bentuk eksagerasi yang ekstrem — dan tidak dimaksudkan untuk dianggap serius.
Contohnya:
- “Aku punya sejuta pekerjaan hari ini.”
- “Aku hampir mati malu.”
- “Aku nunggu di telepon selama-lamanya!”
Kalimat seperti ini sering digunakan untuk efek dramatis atau lucu. Namun, dalam konteks copywriting, penggunaannya harus hati-hati — karena bisa membuat pembaca salah paham.
Hiperbola dalam Judul Clickbait
Kita semua pernah melihatnya. Judul-judul yang bombastis seperti:
- “Teknik copywriting sederhana ini akan mengubah hidupmu!”
- “Platform media sosial baru yang sedang jadi pembicaraan semua orang!”
- “Cuma satu kesalahan ini yang bisa menghancurkan reputasi bisnismu!”
- “Saya coba trik menulis ini dan hasilnya bikin kaget!”
Judul seperti ini memang menarik perhatian, tapi sering kali tidak sesuai dengan isi artikelnya. Akibatnya, pembaca merasa tertipu dan kehilangan kepercayaan terhadap brand tersebut.
[…] Copywriting Berlebihan Bisa Bikin Brand Kehilangan Kepercayaan, Ini Alasannya […]