spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

120 Perusahaan Berebut Proyek Waste to Energy Danantara


jelajahtechno.com — Proyek pengelolaan limbah menjadi energi atau Waste to Energy (WtE) yang digagas oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) resmi menjadi magnet bagi para investor global.
Sejak diumumkan dua minggu lalu, proyek ini telah menarik perhatian sekitar 120 perusahaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Patria Sjahrir, menyebut pihaknya menargetkan proses lelang rampung dalam 6 hingga 8 minggu ke depan.
Seleksi pemenang akan berfokus pada dua aspek utama: teknologi pengolahan limbah paling efisien dan dampak lingkungan yang paling minimal.

“Kami ingin teknologi terbaik dengan dampak lingkungan sekecil mungkin. Respons investor luar biasa besar, bahkan melampaui ekspektasi kami,” ujar Pandu dikutip dari Antara, Rabu (15/10/2025).

Langkah Besar Tangani Krisis Sampah Nasional

Proyek Waste to Energy ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah dan Danantara dalam menghadapi krisis timbunan sampah nasional.
Indonesia menghasilkan lebih dari 68 juta ton sampah per tahun, dan sebagian besar masih berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Pandu menggambarkan situasinya secara ekstrem.

“Kalau semua sampah dikumpulkan, ketebalannya bisa menutupi seluruh wilayah Jakarta hingga 30 sentimeter,” ungkapnya.

Angka ini menjadi peringatan keras bahwa pengelolaan limbah konvensional tidak lagi cukup. Melalui proyek ini, Danantara ingin mengubah sampah menjadi sumber energi terbarukan (renewable energy) yang bernilai ekonomi sekaligus ramah lingkungan.

Baca juga : Ekonomi Bergeliat! Dana Rp 200 Triliun di Himbara Bikin Konsumsi Listrik Naik

Skema Unik: Proyek Waste to Energy Tanpa Tipping Fee

Salah satu daya tarik terbesar proyek ini adalah model bisnis baru yang revolusioner — tanpa tipping fee atau biaya pembuangan sampah.
Biasanya, proyek pengelolaan limbah membutuhkan biaya tambahan dari pemerintah untuk menutupi ongkos operasional, namun Danantara menghapus skema tersebut.

Dengan pendekatan ini, proyek Waste to Energy Danantara menjadi yang pertama di dunia yang dijalankan tanpa biaya pembuangan (zero tipping fee).
Sebagai gantinya, investor akan mendapat keuntungan dari penjualan listrik hasil pengolahan limbah.

Harga jual listrik juga dibuat sangat menarik, yakni Rp 20 per kilowatt hour (kWh) — jauh lebih tinggi dari rata-rata harga listrik konvensional.
Kebijakan ini diharapkan mampu menarik lebih banyak investor global dan mempercepat pembangunan infrastruktur energi hijau di Indonesia.

“Secara kumulatif, proyek ini bisa menjadi Waste to Energy terbesar di dunia,” klaim Pandu optimistis.

Investasi Jumbo: Nilai Proyek Capai Rp 3,3 Triliun per Lokasi

Menurut Pandu, Danantara menyiapkan 33 proyek Waste to Energy yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Setiap proyek memiliki nilai investasi antara US$ 150 hingga 200 juta atau sekitar Rp 2,49 hingga Rp 3,32 triliun per proyek.

Tahap pertama akan dimulai pada akhir 2025, dengan pembangunan 10 fasilitas Waste to Energy di lima kota besar Indonesia.
Lokasi yang diprioritaskan adalah daerah dengan timbunan sampah tinggi seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan Bandung.

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Popular Articles